Aqidah, Takwa

Suami Istri Dunia Akhirat

Telah dimaklumi, kehidupan dunia adalah fana. Dan yang kekal ada di akhirat. Maka segala hal yang ada di dunia ini bersifat sementara dan akan binasa. Demikian pula berbagai hubungan yang dibangun di dunia ini, semuanya akan terputus, kecuali memang jika ada faktor penyebab yang akan melanggengkan hubungan itu sampai di akhirat.

Iya, faktor penyebab pertama dan utama sekaligus sebagai syarat untuk melanjutkan hubungan yang telah terjalin di dunia, adalah keimanan, tauhid dan ketakwaan. Karena tanpa adanya hal ini, hubungan apapun yang terjalin di dunia, akan berubah menjadi permusuhan di akhirat kelak.
Allah berfirman,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Orang-orang yang saling mencinta, pada hari itu (kiamat) sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian lainnya, kecuali orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)

Syekh as-Sa’di –rahimahullah– menjelaskan, “Dan sesungguhnya pada hari itu, yakni pada hari kiamat, orang-orang yang saling mencinta, yaitu orang-orang yang kecintaan mereka di bangun di atas kekafiran, pendustaan dan kemaksiatan kepada Allah; maka sebagian mereka menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Hal itu karena cinta kasih mereka di dunia ini bukan karena Allah, sehingga berbaliklah menjadi permusuhan pada hari kiamat. Kecuali orang-orang yang bertakwa (menjaga dan melindungi diri) dari kesyirikan dan kemaksiatan, maka kecintaan mereka akan langgeng dan terus tersambung disebabkan kekalnya Allah yang menjadi tujuan kecintaan mereka.” (Taisirul Karimir Rahman)

Keluarga beriman akan bertemu di surga

Allah ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ

“Dan orang-orang yang beriman, sedangkan anak keturunan mereka mengikutinya dengan keimanan, maka kami susulkan anak keturuan itu kepada mereka. Dan kami tidak mengurangi sedikit pun dari amalan mereka.” (ath-Thur: 21)

Ayat ini telah dijelaskan oleh para ulama ahli tafsir, bahwa Allah akan mengangkat derajat keturunan seorang yang beriman meskipun pada asalnya amalan mereka lebih rendah darinya, sehingga mereka bisa berkumpul. Dengan syarat semuanya adalah orang-orang yang beriman.

Maka tentu saja hal ini adalah kabar gembira bagi keluarga yang beriman. Meskipun mereka telah terpisahkan dengan kematian yang mendatangi anggota keluarga satu demi satu, namun karena adanya keimanan pada dada-dada mereka, mereka akan dikumpulkan kembali di akhirat dalam keadaan yang paling baik.

Semoga Allah menjadikan keluarga kita termasuk yang Allah sebut dalam ayat di atas.

Istriku di dunia, istriku di akhirat

Termasuk hubungan yang sangat khusus, adalah hubungan suami istri. Hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tumbuh oleh cinta kasih, rasa sayang dan saling membutuhkan dan diikat dengan ikatan suci yang mampu menghalalkan sesuatu yang haram. Hubungan inilah yang banyak diidam-idamkan kekekalannya selama-lamanya. Sampai-sampai ada pepatah jawa yang menyatakan “surgo nunut, neroko katut” yang maksudnya, pasangan akan tetap setia apapun keadaannya, jika suami masuk surga maka istri pun mengikuti, jika masuk neraka maka dia pun tetap mengikuti.

Tentu saja prinsip kesetiaan seperti itu tidak dibenarkan dalam Islam, karena bertentangan dengan prinsip tauhid kepada Allah.

Akan tetapi, kesetiaan atau kebersamaan antara suami istri di dunia dan akhirat bukanlah hal yang mustahil. Apalagi telah dijelaskan di atas bahwa keluarga mukmin akan bisa berkumpul bersama di akhirat (baca: di surga).

Nah, agar pasangan suami istri di dunia tetap menjadi pasutri di akhirat, maka tentu saja keduanya juga harus termasuk golongan orang-orang yang beriman. Karena jika keduanya kafir, di akhirat hanya akan ada permusuhan. Dan jika salah satunya kafir, maka tidak akan berkumpul di akhirat antara orang yang beriman dan yang kafir.

Dalam suatu hadits telah ada penjelasan bahwa seorang wanita muslimah, akan menjadi istri bagi suaminya yang terakhir ketika di dunia. Oleh karena itu, istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak boleh dinikahi orang lain sepeninggal beliau, karena mereka akan menjadi istri-istri beliau di akhirat.

Muawiyah bin Abi Sufyan pernah melamar Ummu Darda, namun dia enggan menikah dengannya. Dan dia berkata, “Aku pernah mendengar Abu Darda berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wanita itu untuk suaminya yang terakhir.” Sedangkan aku tidak menginginkan pengganti Abu Darda.”

Dalam lafazh lain disebutkan,

اَيُّمَا امْرَأَةٍ تُوُفِّيَ عَنْهَا زَوْجُهَا فَتَزَوَّجَتْ بَعْدَهُ فَهِيَ ِلآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Wanita mana saja yang ditinggal mati suaminya, lalu dia menikah lagi setelahnya, maka dia milik suaminya yang terakhir.” (Lihat as-Silsilah ash-Shahihah, no. 1281)

Semoga bermanfaat.

24 tanggapan untuk “Suami Istri Dunia Akhirat”

  1. Aslmualaikum ustad
    Apa kah ada dalil yg menjelaskan bhwa keluarga yg di dunia akan di stu kn kembli di surga?
    Kalau ada tlong sbut kan ya ustad

    Terima kash

  2. Assalamualaikum, saya adalah seorang suami yg tidak baik untuk istri saya di kala iya masih hidup, setelah istri saya meninggal saya baru sadar, bahwa iya adalah segala-galanya bagi saya, apakah saya bisa bertemu dengan istri saya lagi di akhirat kelak, mohon bimbingan nya?

    1. Wa’alaikumussalam warahmatullah
      Jika anda dan istri masuk surga, — semoga Allah menjadikan kita sebagai ahli surga — maka mudah-mudahan Anda dan istri Anda bisa bertemu kembali di akhirat kelak. Maka, perbaikilah diri, dan berusahalah untuk terus menjaga ketakwaan kepada Allah.
      Wallahu a’lam.

  3. sedangkan si wanita itu tak ingin berpisah dg suaminya di akhirat kelak, makanya dia menikah agar suami barunya bisa membantu mendidik anak2nya biar sholeh n mendoakan alm.abinya. jika mmg hadist itu shahih… apa si wanita itu berpisah ama suami barunya? krn sblmnya dia gk tau hadist tersebut?

  4. assalamu’alaykum… afwan tadz, apa hadist itu shahih? terus bagaimana jika ada seorang janda muda menikah lagi yg di tinggal meninggal suami… dia berniat menjauhkan dr fitnah… dan ada tanggungan anak anak yg msh kecil…? syukron katsir

  5. aslkm. Ustad kalo misalkan seorang istri sudah bercerai dengan suaminya dan sang perempuan tidak menikah lagi demi mengharap keridhoan Allah agar dipertemukan kembali dengan mantan suaminya di Syurga. Apakah mereka bisa saling bertemu di akherat nanti? perceraian ini disebabkan sang istri misalkan tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan suaminya secara ‘total’. Dan semua itu kemauan sang perempuan. Tolong dijawab ya ustad

  6. Untuk kaum Muslimin dan Muslimah, mari kita memperdalam Ilmu ALLAH sesuai as sunnah, ( yg diajarkan oleh Rossulallah ) agar kita lbh bertambah keimanan dan ketaqwaan kita terhadap ALLAH SWT, untuk mendapatkan Ridho NYA.. dan mengharapkan Syurga dari ALLAH dambaan bagi orang2 Yg Beriman..terima ksh ustaz Tausiahnya. Ilmu yg sangat bermanfaat bagi kita semua..

  7. istri adalah milik suami yang terakhir, lalu bagaiman kalau suami yang meninggal di surga besuk minta kepada Allah istri yang di dunia dulu??

  8. klu suami berkahwin lgi stelah isteri mninggal…adakah isteri yg meninggal tdi di bangunkn sbgai isterinya di akhirat sana??

    1. Dari keterangan hadits yang disebut terakhir dalam artikel di atas, “dia milik suaminya yang terakhir” menunjukkan demikian, karena suami itu adalah suami dia yang terakhir. Dan perlu kita ingat bahwa di surga kelak seorang suami bisa memiliki banyak istri baik dari manusia atau dari bidadari. wallahu a’lam

  9. jazaakalllah khoir smg Allah Subhanahu wa ta’ala senantiasa membimbing kami mjd sepasang suami istri yg shalih yg diridhoi-Nya di dunia maupun di akhirat Amiiin.

  10. Kalau pasangan suami istri bersatu semula di surga, bagaimana pula dgn bidadari2 yg dijanjikan utk para lelaki?

    1. Bidadari-bidadari itu tetap ada, disamping juga ada istri yang dahulu di dunia, semuanya akan ridha dengan apa yang didapat, dan tidak akan ada kecemburuan di surga kelak. Wallahu a’lam

    1. Secara ringkas dan global, konsep akidah yang benar adalah akidah yang sesuai dengan akidah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Karena dalam hadits yang menyebutkan tentang golongan yang selamat Rasulullah shallallahu ‘alalihi wa sallam menyatakan bahwa golongan itu adalah yang menganut apa yang dianut oleh beliau dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

      Adapun secara perinciannya maka itu sangat banyak dan telah dijelaskan para ulama dari zaman ke zaman melalui kitab-kitab mereka. Tentu saja ini memerlukan kesungguhan dari kita untuk belajar agama lebih dalam lagi. Wallahu a’lam.

  11. Dalam jalani kehidupan dunia dan akhirat, kewajiban khalifah, jadikan isteri dan keturunannya untuk beriman, dan bertaqwa kpd Allah Swt vide QS ar-Ra’d. Ciptakan kesejukan keluarga dg jalankan perintah agama dg ikhlas dan yakinkan keluarga bahwa sesungguhnya sholatku, ibadahku hidupku,& matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam vide QS Al-An’am. Semoga jadi keluarga sakinah, mawadah waromah khoir. Amin

Tinggalkan Balasan ke sharif jasnie Batalkan balasan