Oleh: Syaikh Abdurrozzaq bin Abdilmuhsin al-Badr —hafizhohumalloh—
Lanjutan dari Kaidah Menjauhi Fitnah Bagian 1
Di antara kaidah agung untuk menghindari dan menjauhi fitnah, adalah sikap lemah lembut dan kehati-hatian, menjauhi sikap terburu-buru, tidak tergesa-gesa ingin mendapatkan hasil, serta memperhatikan kepada dari segala perkara. Karena sikap buru-buru tidak akan mendatangkan kebaikan, sedangkan dalam sikap hati-hati terdapat kebaikan dan berkah.
Barangsiapa yang suka terburu-buru dalam urusan-urusannya, jiwanya tidak akan aman dari ketergelinciran dan penyimpangan. Sebaliknya, siapa yang besikap lemah lembut dalam urusan-urusannya dan bersikap hati-hati dalam perjalanannya serta menjauhi sikap buru-buru dan ngawur, dan dengan senantiasa memperhatikan akibat dari berbagai perkara, maka dengan izin Alloh ‘azza wa jalla dia akan sampai kepada hasil yang terpuji yang akan membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Telah datang riwayat dari sahabat mulia, Abdullah bin Mas’ud -rodhiyallohu ‘anhu- bahwa beliau berkata, “Sungguh akan terjadi berbagai perkara yang samar (tidak jelas), maka wajib bagi kalian untuk bersikap hati-hati.” Yakni, kalian wajib bersikap hati-hati tidak terburu buru. “Sesungguhnya jika engkau menjadi pengikut dalam kebaikan, maka itu lebih baik daripada engkau menjadi pemimpin dalam kejelekan.”
Maka barangsiapa yang bersikap terburu-buru dan ngawur dalam mengurusi segala perkara, dan dia menjauhi sikap kehati-hatian, berarti dia telah membuka pintu kejelekan dan bencana bagi diri dan orang lain. Dia akan menanggung dosanya dan akan mendapatkan hasil yang buruk.
Dalam Sunan Ibnu Majah, dari Anas bin Malik -rodhiyallohu ‘anhu- Rasululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
إنَّ من الناس مفاتيح للخير مغاليق للشر . وإنَّ من الناس مفاتيح للشر مغاليق للخير ، فطوبى لمن جعل الله مفاتيح الخير على يديه . وويل لمن جعل الله مفاتيح الشر على يديه
“Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi kunci pembuka kebaikan dan penutup kejelekan. Dan di antara manusia ada yang menjadi kunci pembuka kejelekan dan penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Alloh jadikan sebagai kunci pembuka kebaikan pada tangannya. Dan celakalah bagi orang yang Alloh jadikan kunci pembuka kejelekan ada pada tangannya.”
Maka hendaknya seorang hamba Alloh yang beriman memperhatikan segala perkara dan akibat-akibat darinya. Hendaknya dia menjadi seorang yang santun, lemah-lembut, berhati-hati, tidak terburu-buru dan tergesa-gesa. Karena sikap buru-buru dan tergesa-gesa hanya akan mendatangkan akibat yang buruk, kerusakan yang menyakitkan dan hasil yang jelek, yang hanya akan membawa bencana bagi pelakunya dan bagi orang lain.
Di antara kaidah penting yang bisa menghindarkan seseorang dari fitnah dan menjauhkannya dari bahaya fitnah, adalah menetapi jamaah kaum muslimin dan menjauhi perpecahan dan perselisihan. Karena jamaah (persatuan) adalah rahmat sedangkan perpecahan adalah siksa.
Dengan jamaah, akan tercipta kedekatan kaum muslimin dan kuatnya ikatan kedekatan mereka serta tecipta kekuatan wibbawa mereka. Dan dengan jamaah, akan terwujud sikap saling tolong menolong di antara mereka dalam kebaikan dan takwa dan dalam hal yang akan mendatangkan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Adapun perselisihan, maka akan menyeret berbagai keburukan, kerusakan dan bencana, yang akibatnya tidak terpuji baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, telah datang banyak hadits dari Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- wasiat untuk menetapi jamaah dan peringatan dari perpecahan.
Dan di antara kaidah agung yang jika diperhatikan benar-benar akan bisa menghindarkan dari fitnah dan menjauhkan dari bahayanya, adalah mengambil (ilmu dan pemahaman) dari para ulama yang mendalam keilmuannya, dan para imam yang sesungguhnya. Dan tidak mengambil dari ashoghir, yang baru saja tumbuh berkembang dalam pencarian ilmu, yang masih sedikit dalam menghasilkan ilmu. Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda, sebagaimana dalam Sunan Abu Daud dan yang lainnya,
البركة مع أكابركم
“Berkah itu bersama dengan akabir kalian.”
Dan yang dimaksud dengan akabir adalah orang-orang yang kokoh kaki mereka dalam keilmuan, dan telah lama waktu mereka dalam usaha memperoleh ilmu, dan mereka telah memiliki kedudukan di kalangan umat ini dikarenakan apa yang telah Allah berikan kepada mereka berupa ilmu, hikmah, ketenangan, kehati-hatian, dan sikap yang senantiasa melihat kepada akibat segala urusan. Maka barangsiapa yang kembali kepada perkataan para ulama muhaqiq dan para imam yang mendalam ilmunya ini, maka dengan izin Allah dia akan mendapatkan akibat yang terpuji. Inilah yang telah Allah arahkan dalam firman-Nya,
وإذا جاءهم أمر من الأمن أو الخوف أذاعوا به ولو ردوه إلى الرسول وإلى أولي الأمر منهم لعلمه الذين يستنبطونه منهم ولولا فضل الله عليكم ورحمته لاتبعتم الشيطان إلا قليلا
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (an-Nisa: 83)
Di antara kaidah penting untuk menjauhi fitnah, hubungan yang baik dengan Allah dan berdoa kepada-Nya. Karena doa adalah kunci segala kebaikan di dunia dan akhirat. Terutama meminta kepada Allah tabaroka wa ta’ala untuk menjauhkan kaum muslimin dari fitnah yang lahir maupun batin, dan berlindung kepada-Nya dari segala fitnah. Barangsiapa berlindung kepada Allah niscaya Allah akan melindunginya, dan barangsiapa meminta kepada-Nya niscaya Dia akan memberinya. Karena Allah tidak akan menjadikan rugi hamba yang berdoa kepada-Nya, dan Dia tidak akan menolak seorang mukmin yang menyeru-Nya. Dia ‘azza wa jalla telah berfirman,
وإذا سألك عبادي عني فإنِّي قريب أجيب دعوة الداع إذا دعان فليستجيبوا لي وليؤمنوا بي لعلهم يرشدون
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (al-Baqarah: 186)
Dan kita memohon kepada Allah al-Kariim dengan nama-namaNya yang maha indah dan sifat-sifatNya yang maha tinggi, agar menjauhkan kaum muslimin dari fitnah-fitnah yang lahir maupun batin, agar menjaga keamanan dan keimanan kaum muslimin, menjauhkan mereka dari segala bentuk keburukan, menjadikan akibat-akibat terpuji bagi mereka, memberikan rezeki kepada mereka berupa hasil akhir yang baik dan terpuji, memberi petunjuk kepada kaum muslimin yang tersesat, dengan karunia-Nya dan kedermawanan-Nya, dan tidak ada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah. Dan sebagai akhir doa kita, alhamdulillah rabbil ‘alamiin.
(Dialihbahasakan oleh alBamalanjy dari: Situs Syaikh Abdurrozzaq alBadr –hafizhohulloh– )